Kamis, 26 Januari 2012

Angin Kencang

Angin yang bertiup kencang malam ini membuatku tiba-tiba sangat merindukannya. Aku terlempar jauh melampaui waktu, melewati ruang dan batas, menerawang ke alam imaji, hingga ku temui sosok kecilku belasan tahun yang lalu. Sosok penuh keluguan yang hanya mengerti bahwa aku ada dan aku dikelilingi orang-orang yang sangat menyayangiku. Hanya itu yang ku tau.
Angin masih bertiup kencang, seperti ingin menerbangkan atap yang pakunya hampir lepas. Persis suasananya seperti hari ini, ketika angin bertiup sangat kencang, disertai hujan dan suara petir yang menyambar. Aku kecil memeluk erat pinggul Ibu, meronta ingin digendong dengan suara tangis yang memekik. Maka dengan tangan lembut dan hatinya yang penuh cinta Ia menggendongku.
Tergambar dengan jelas sebatang pohon tinggi di samping rumahku kala itu, pohon itu meliuk-liuk lembut seperti mengejekku yang ketakutan setengah mati, karena aku ingat cerita Bapakku bahwa pohon itu bisa saja tumbang dan menimpa rumah kami kala angin kencang bertiup. Maka semakin menjadi-jadi aku menangis, namun Ibu sosok yang penuh cinta tak henti menghiburku sambil mendendangkan lagu-lagu Sholawat. Hingga tak kusadari aku sudah pindah tertidur dalam ayunan.
Angin di kampungku adalah angin yang ganas, yang tak bersahabat dengan petani, karena tak jarang kulihat angin menerbangkan jemuran padi yang terlambat diangkat. Angin di kampungku juga tak ramah dengan tukang cuci, karena ia dengan semaunya membawa hujan tanpa memberikan kesempatan kepada gadis-gadis desa mengangkat jemuran bajunya. Ah, ternyata angin di kampungku kurasa juga nakal pada anak-anak seperti aku ketika itu, karena ia pernah memutuskan tali layanganku.
Tiupan angin yang kian kencang, membuatku makin tersasar ke jauh kenanganku, aku bertemu teman-teman kecilku, yang semuanya lugu-lugu tapi nakalnya minta ampun. Aku bertemu Odi yang tampan tapi di pipinya ada tahi lalat yang lumayan besar, aku bertemu Robin yang berwajah mirip Justien Bieber dengan rambut agak pirang yang kuduga karena jarang mandi, tak lupa turut hadir di memoriku Yono yang suka menjahiliku. Ia pernah mengambil kelerengku hingga aku menangis dan mengadu pada Ibu.
Ah, rasanya malam ini aku ingin berterima kasih pada angin, dan pada yang membuatnya bertiup dengan tak nakal lagi seperti dulu ketika membuatku nangis dan merepotkan Ibu, atau ketika ia memutus layanganku. Kali ini ia telah baik padaku karena telah menerbangkanku menuju belasan tahun yang lalu, membuatku menjadi sangat rindu pada Ibu dan pada cinta di rumahku.. I miss You Mom....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar