Selasa, 24 Januari 2017

Syekh Ali Jaber pada acara Sambas Berdzikir









Minggu itu (22 Januari 2017), menjadi hari Minggu yang lebih istimewa dari hari biasanya. Berbeda dengan hari Minggu sebelum-sebelumnya, karena pada hari ini akan hadir ke kota Pemangakat, seorang Syekh dari Madinah al Munawarah yakni Syekh Ali Jaber yang sering kita saksikan ceramahnya di media-media televisi.
Sejak pagi banyak berlalu-lalang rombongan jamaah berbusana putih-putih, menuju Mesjid At Taqwa Pemangkat. Mereka datang dari segala penjuru, berduyun-duyun hendak menyimak tausyiah yang akan disampaikan Syekh.
Saya bersama istri pun tak mau kehilangan momentum istimewa ini, maka berangkatlah kami pagi-pagi dari rumah dengan semangat dan niat menuntut ilmu. Tiba di tempat acara sekitar jam 08.10 pagi, mesjid At Taqwa sudah hampir penuh, beruntung ada ayah saya yang datang lebih awal dan mengambil tempat di depan sehingga saya dapat menyusul dan duduk di shaf ke-4 dari depan.
Hari itu kam menyimak banyak sekali hikmah dan pelajaran yang disampaikan oleh Syekh, diantaranya adalah bagaimana upaya dakwah Islam yang dibawakan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.
#Mesjid At Taqwa Pemangkat
#Syekh Ali Jaber
#Sambas Berdzikir

Kamis, 19 Januari 2017

Menakar Kualitas Pemuda Masa Kini

Realitas Pemuda Masa Kini

Arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang super cepat, berdampak besar terhadap kondisi psikologis pemuda. Tersedianya beragam perangkat canggih seperti smartphone, akses internet yang semakin mudah dan cepat, media sosial yang makin beragam, dan berbagai perangkat lainnya memang menjadikan kehidupan zaman sekarang semakin tampak mudah dan menyenangkan. Betapa kemajuan teknologi ini telah menyulap dan mampu memperpendek jarak dan waktu. Kita akan dengan cepat mengetahui peristiwa yang terjadi di negara lain hanya dalam sekejap. Bahkan beberapa media mampu menghadirkan informasi secara real time. Kebutuhan akan pendidikan dan bahan bacaan pun kini semakin mudah diakses, hanya dengan klik dan enter maka semua informasi akan tersaji, sehingga memudahkan dan mempercepat berkembangnya pendidikan. Sehingga hal ini berdampak positif bagi berkembangnya minat, bakat dan keahlian pemuda. Dalam skala yang lebih lanjut juga berdampak pada tumbuhnya jenis lapangan kerja baru yang akan menekan angka pengangguran, menumbuhkan perekonomian, memperlancar perdagangan, serta memudahkan berbagai transaksi.
Namun di sisi lain, jika globalisasi yang terjadi sekarang ini tidak mampu disikapi dengan baik dan proporsional, ia juga berpotensi membawa beragam pengaruh negatif khususnya bagi generasi muda. Berbagai informasi yang disajikan internet hari ini misalnya, mulai dari mode pakaian, gadget dan alat elektronik yang super canggih, hingga informasi-informasi ekstrim tentang gerakan-gerakan agresi militer dan konflik di suatu negeri tersaji dengan begitu mudahnya sehingga secara tidak langsung akan melahirkan gaya hidup baru, membuat mereka menjadi lebih konsumtif, individualis dan bergaya hidup ke barat-baratan, hingga pada tingkat yang lebih parah mereka mulai melupakan dan tercerabut dari akar budayanya sendiri. Kemudahan akses internet dan derasnya transfer beragam informasi dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu Negara ke Negara lain sedikit banyak akan merubah pola pikir dan cara pandang kaum muda dalam melihat, menganalisa, kemudian menyimpulkan suatu kejadian atau permasalahan.
Globalisasi juga sedikit banyak membuat kaum muda menjadi terbuai dan terlena, lalu tenggelam dalam aktifitas hedonis. Kemudian mereka disibukkan oleh aktifitas-aktifitas yang sebenarnya tak terlalu penting untuk masa depannya, hingga tak jarang lupa akan tugas dan fungsi utamanya. Perlu diingat bahwasanya pengaruh globalisasi, kapitalisme, hedonisme, dan segala embel-embel yang mengikutinya terus membuat cengkraman kuat sehingga karakteristik bangsa secara perlahan-lahan akan dirong-rong dan mulai terkikis. Banyak contoh yang bisa dilihat bagaimana generasi muda sekarang dalam upaya menyikapi pengaruh zaman yang semakin menjadikan manusia budak dari materi. Jika hal ini dibiarkan maka akan terjadi dissending generation, dimana generasi penerus bangsa tidak akan mampu menjadi tulang punggung bangsa dan hilang (Sukadi, 2011).
Lalu di zaman sekarang akan dengan mudah kita saksikan beberapa pemuda yang merasa keren, hebat dan lebih percaya diri dengan perangkat canggih di tangan kiri dan kanannya. Berlenggak-lenggok mendengar alunan musik dari headset yang menempel ditelinga, khusuk dan penuh konsentrasi memandangi layar smartphone seolah-olah ada hal yang selalu penting untuk dibaca. Ada pula yang betah nongkrong seharian di pinggir-pinggir jalan, di pasar-pasar, di pusat-pusat permainan dan di tempat-tempat hiburan lainnya tanpa ada aktifitas produktif sama sekali. Lebih parah lagi golongan pemuda yang lain, mereka ini terlibat dalam aksi kenakalan remaja, tawuran, mabuk-mabukan bahkan menjadi pelaku dalam kasus-kasus berat dan kriminal.
Akumulasi dari hal ini menyebabkan mereka lalai terhadap kualitas dirinya, tak hafal teks Pancasila, bahkan tak hafal hari kemerdekaan negaranya sendiri. Dari sisi agama mereka juga sangat lemah. Baca Al QurĂ¡n terbata-bata, bahkan untuk sekedar membaca surah Al Fatihah pun tak hafal, naudzubillah.
Terhadap orang tua, banyak pemuda kita yang kurang menjaga sikap dan sopan santun. Tutur katanya kasar dan terkadang menyinggung hati orang tua. Mereka yang berpendidikan tinggi kemudian menganggap dirinya lebih pintar dari orang tuanya sendiri, lalu meremehkan, hingga menolak nasehat dari orang tua.

Jika sudah begini, tentu pemuda bukan lagi menjadi bagian solusi yang diharapkan dalam menyongsong masa depan, justru akan menjadi permasalahan serius di masa yang akan datang.