Kamis, 31 Maret 2011

Kesadaran yang Tergerus (Sambas Version)

Kini tok semuenye berubah. Parameter urang ngukor kemajuan pun dah mule begeser. Nilai-nilai udah macam daan jelas agek. Orientasi orang dalam berbuat pun macam dak jelas juak. Ntah ape yang terjadi. Kirekire tok lah kali salah satu efek ape yang urang kota sebut globalisasi.
Sehingga hal tadek ye secara sadar maupun daan udah turut mengubah pola pikir kite. Budaya luhur dan kesopanan dah dak agek urang dulikan.

Rabu, 30 Maret 2011

Sejarah Sikat Gigi

Sikat gigi, tentu kita semua sudah mengenal yang satu ini. Sejak kecil kita sudah dibiasakan untuk menggosok gigi. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang penting, disamping fungsinya untuk mengunyah makanan, gigi juga akan menjadi sesuatu yang bisa meperindah penampilan pemuliknya. Namun pasti banyak yang belum tau tentang sejarah sikat gigi muncul ke dunia ini seperti apa,,,hehe.
Buat yang pengen tau klik di sini gimana awal munculnya sikat gigi.

Minggu, 27 Maret 2011

Hanya Mengaku Mahasiswa

Pagi hari tak terdengar kokok ayam seperti di desa. Hanya kumandang azan yang ramai sekali, bersahutan dari mesjid ke mesjid, dari mushola ke mushola. Lebih pagi lagi ketika bola raksasa berwarna keemasan mulai menampakkan ronanya, menghiasi angkasa di ufuk timur, menciptakan keindahan tiada tara. Aku terkesima hampir beberapa menit mengamati pertunjukan alam yang dipersembahkan untukku.

Jalan Tlogo Mas kembali ramai ketika pagi hari, hilir mudik kendaraan seperti aliran sungai tak pernah berhenti, sehingga kakek-kakek dan anak-anak yang ingin mnenyeberang jalan harus meminta bantuan satpam atau tukang parkir.

Beberapa anak muda yang mengaku mahasiswa baru bangun tidur, mengusap-usap matanya dengan tatapan kosong dan fikiran melayang. Sembari menggeliatkan badan, tangannya mencari hand phone. Melihat jam 8 pagi selimut ditariknya lagi, tidur dilanjutkan tak peduli orang lain sudah sibuk dengan kegiatannya, tak mau ambil tau orang lain sudah mencipta karya, tak acuh dengan pepatah bangun pagi banyak rezeki, bangun siang rezeki diambil ayam.

Beberapa anak muda lain yang mengaku mahasiswa berbondong mengunjungi sebuah bangunan yang bertulis “warnet”. “Mau kerjakan tugas” salah seorang dari mereka berkata. Sibuk browsing, klik sana sini mencari referensi seperti judul tugas yang diberi dosen. “Ah, bikin lama, repot, copy paste saja” terdengar bisik diantara mereka

Di sudut salah satu kamar yang sepi, nyaris tak ada suara. Seorang anak muda memegang sebuah buku, matanya menatap lekat setiap baris kalimat yang tertera. Sesekali dahinya mengernyit, kemudian membuat catatan kecil berisi poin penting dari yang ia baca, ia tak perduli dengan keadaan sekelilingnya, tak tanggap akan perubahan sosial lingkungannya. Baginya nilai “A” adalah harga mati, anak muda ini juga mengaku mahasiswa.

Beberapa waktu yang lalu mereka yang mengaku mahasiswa berunjuk rasa, meneriakkan kata-kata cerdas dengan suara nyaring. Katanya “Kita harus perhatikan nasib rakyat kecil, kaum lemah dan tertindas, pemerintah tak boleh berlaku seenaknya, ini masalah keadilan” begitu lantang suaranya.

Yang lain ikut menambahkan “Coba perhatikan berapa banyak warga yang akan kehilangan pekerjaan dan otomatis menjadi pengangguran, siapa yang harus menanggung ini semua?” tak kalah lantang. Mereka sangat berani, bersemangat namun biasanya kuliah tak selesai.
Di lain tempat, mereka yang mengaku mahasiswa berkumpul, duduk rapat dengan kaki sedikit ditekuk, karena ruangan yang sempit seolah menjadi sesak. Mereka membicarakan macam-macam hal, seolah seperti orang pintar, berlagak serba tahu dengan gaya bicara dibuat-buat. Namun kadang tanpa referensi yang jelas, sehingga tak terarah. Mereka betah ber jam-jam, dan tak jarang hingga larut malam.

Di tempat ini suasananya beda, mereka yang juga ingin disebut mahasiswa berkumpul. Duduk bersama dengan riang gembira, menyanyi dengan diiringi sebuah gitar lapuk. Sesekali meneguk minuman berbau menyengat dari botol kaca. Bungkus makanan ringan berserakan, abu-abu rokok bertaburan. Mata mereka memerah, tapi tawanya semakin nyaring. Mereka tak perduli dengan orang lain, tak perduli dengan aturan RT, bahkan tak perduli dengan diri sendiri. Tragis.

Di tikungan jalan berdiri sebuah bangunan megah, di dalamnya dua orang tua yang mengaku anaknya mahasiswa bercerita dengan bangga. “Anakku sebentar lagi di wisuda, ia akan jadi sarjana seper ti aku” ujarnya dengan senyum mengembang.

Jauh di ujung desa, dua orang suami istri yang sudah renta juga bercerita. Mereka menceritakan anaknya yang katanya adalah mahasiswa. “Sebentar lagi anak kita diwisuda, bapak benar-benar bangga padanya” ucapnya dengan terisak karena tangis bahagia....

Jumat, 11 Maret 2011

MAHASISWA DAN ORGANISASI

Mahasiswa adalah insan akademis yang dalam kesehariannya bergelut dengan wacana keilmuan. Wacana keilmuan dan wawasan intelektual mahasiswa (hard skill) dipahami sudah terpenuhi melalui kegiatan akademik di kampus. Namun pembekalan soft skill mahasiswa seperti pembinaan mental dan kepekaan sosial (sikap dan perilaku) belum sepenuhnya didapat melalui kegiatan akademik.
Karenanya, menjadi penting bagi seorang mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi dalam rangka menyiapkan diri sebelum terjun ke masayarakat dan dunia kerja yang berdimensi lebih kompleks dan luas.
Tidak dipungkiri bahwa satu-satunya wadah yang bisa menjadi sarana mahasiswa untuk mengaktualisasikan bakat, minat dan keterampilan yang ingin digelutinya hanyalah organisasi.
Selain sebagai tempat aktualisasi, organisasi juga merupakan media yang akan menjadi sarana intergrasi mahasiswa. Dimana mereka bisa saling bertukar fikiran, berdiskusi, dan membicarakan masalah-masalah sesuai disiplin ilmu yang digeluti. Sehingga efeknya akan mempererat jalinan silaturahmi dan membentuk sinergi yang bisa membawa kepada pengembangan diri dan dan kemajuan organisasi itu sendiri.
Namun, organisasi tidak akan memberikan kontribusi apa-apa kepada anggotanya, tanpa kesadaran akan peran dan fungsi dari masing-masing anggota dalam organisasi tersebut.
Karenanya diperlukan sinergitas dan kesadaran yang kuat dari para mahasiswa ini, jika memang mereka berniat mengembangkan diri dan memilih organisasi sebagai wadah untuk itu, sudah sewajarnya konsekwensi yang harus dilalui adalah ikut aktif terlibat dalam setiap kegiatan organisasi yang dipilihnya.

Selasa, 01 Maret 2011

RAJA DANGDUT RHOMA IRAMA

Fenomenal,,satu kata yang sangat layak jika kita membicarakan konstelasi musik dangdut di tanah air ini. Ketika menyebut "dangdut" maka secara spontan ingatan kita akan tertuju pada seorang tokoh yang identik dengan gitar dan baju serupa jubahnya. Dialah Haji Rhoma Irama, atau yang biasa disapa Bang Haji. Beliau dengan karya-karya agungnya mampu memposisikan musik dangdut menjadi sangat populer, bahkan beliau juga pernah manggung di Amerika Serikat. Membicarakan Rhoma Irama, banyak hal yang bisa kita lihat, selain karya-karya beliau yang memukau dan tak lekang oleh waktu, Rhoma Irama juga identik dengan karishma yang kuat serta gaya bicara yang khas. Sehingga gaya yang di bawa oleh beliau sering dicontoh di kalangan dunia hiburan, baik itu lawak maupun sinetron di televisi.
Saya sendiri sangat mengagumi tokoh ini, karena beliau selain seniman juga merupakan pendakwah yang sangat berpengaruh, dakwahnya bisa menyentuh semua kalangan. Dulu, ketika masih kecil Bapak dan Ibu saya sering bercerita ketika di Bioskop didekat desa saya menayangkan film Rhoma Irama, maka penduduk dari berbagai pelosok akan berdatangan sehingga tak jarang mereka kehabisan tempat duduk. Bang Haji memang telah menjadi daya bius dahsyat dengan pesona musik dangdutnya. Mengakhiri posting ini, penulis berharap semoga musik dangdut terus hidup. Bagi kawan-kawan yang mungkin belum pernah dengar lagu Rhoma Irama coba sesekali dengar dan renungkan pesannya..............