Senin, 18 April 2016

"Kewajiban Sebagai Keniscayaan untuk Mendapatkan Hak ; Sebuah Autokritik"

Berbicara mengenai hak dan kewajiban, kebanyakan kita punya kecendrungan yang sama. Yakni cenderung menuntut hak, tapi suka lalai pada kewajiban. Parahnya hal ini berlaku hampir pada semua askep kehidupan. Dalam dunia kerja misalnya, ada sebagian (banyak) yang suka menuntut kenaikan gaji, pemenuhan fasilitas, kejelasan status, dan lain sebagainya. Tapi dalam melaksanakan pekerjaannya mereka bekerja uring-uringan, menunda pekerjaan, datang terlambat, pulang lebih cepat dari seharusnya, bahkan ada yang bekerja dengan cara yang tidak jujur. Lain lagi di dunia pendidikan. Banyak dari siswa dan mahasiswa menginginkan nilai bagus, lulus ujian, dan cepat wisuda. Namun di sisi lain mereka malas belajar, tak mau baca buku, enggan mengerjakan tugas, malas bertanya pada guru/dosen, bahkan malas datang ke sekolah/kampus. Tak terkecuali dalam kehidupan beragama. Kita berharap mendapat ampunan, berharap mendapat kasih sayang Tuhan, dan berharap masuk surga. Sementara dalam keseharian kita malas beribadah, enggan bersedekah, tak mau bersilaturrahmi, dan berat melaksanakan perintah Tuhan. Padahal, sama-sama kita maklum. Bahwa aturan mainnya dari dulu hingga sekarang yakni, PENUHI KEWAJIBAN, MAKA HAK AKAN DIDAPAT. Jangan dibalik logikanya. Bukankah orang-orang bijak sering mengatakan, bahwa dalam hidup ini semuanya perlu proses, dan melaksanakan kewajiban hakikatnya adalah sebuah proses untuk mendapatkan hak.

"Kewajiban Sebagai Keniscayaan untuk Mendapatkan Hak ; Sebuah Autokritik"

Berbicara mengenai hak dan kewajiban, kebanyakan kita punya kecendrungan yang sama. Yakni cenderung menuntut hak, tapi suka lalai pada kewajiban. Parahnya hal ini berlaku hampir pada semua askep kehidupan. Dalam dunia kerja misalnya, ada sebagian (banyak) yang suka menuntut kenaikan gaji, pemenuhan fasilitas, kejelasan status, dan lain sebagainya. Tapi dalam melaksanakan pekerjaannya mereka bekerja uring-uringan, menunda pekerjaan, datang terlambat, pulang lebih cepat dari seharusnya, bahkan ada yang bekerja dengan cara yang tidak jujur. Lain lagi di dunia pendidikan. Banyak dari siswa dan mahasiswa menginginkan nilai bagus, lulus ujian, dan cepat wisuda. Namun di sisi lain mereka malas belajar, tak mau baca buku, enggan mengerjakan tugas, malas bertanya pada guru/dosen, bahkan malas datang ke sekolah/kampus. Tak terkecuali dalam kehidupan beragama. Kita berharap mendapat ampunan, berharap mendapat kasih sayang Tuhan, dan berharap masuk surga. Sementara dalam keseharian kita malas beribadah, enggan bersedekah, tak mau bersilaturrahmi, dan berat melaksanakan perintah Tuhan. Padahal, sama-sama kita maklum. Bahwa aturan mainnya dari dulu hingga sekarang yakni, PENUHI KEWAJIBAN, MAKA HAK AKAN DIDAPAT. Jangan dibalik logikanya. Bukankah orang-orang bijak sering mengatakan, bahwa dalam hidup ini semuanya perlu proses, dan melaksanakan kewajiban hakikatnya adalah sebuah proses untuk mendapatkan hak.