Kamis, 11 Agustus 2016

Full Day School; Kebijakan Kontroversial Mendikbud Prof. Muhadjir Effendy

Ilustrasi Anak Sekolah; Foto (Sumber: BBC)
Dulu sewaktu masih SMP, kami sekolah dari jam 7 pagi hingga jam 1.30 siang. 
Entahlah, meski suasana di sekolah cukup nyaman dan menyenangkan, tapi berlama-lama hingga berjam2 di sekolah (meski tidak belajar), sangat tidak mengenakkan.
Saat itu mendengar bel pulang sekolah berbunyi menghadirkan rasa bahagia tiada tara, layaknya menyambut hari raya. Semuanya bergegas pulang dengan riang gembira.
Hari ini, kebijakan Full Day School direncanakan akan diterapkan utk siswa SD dan SMP.
Semoga semuanya dipertimbangkan dengan matang. Sosialisasi yg intens kepada semua pihak yg berkepentingan.
‌Kalau ternyata nanti gurunya saja bosan lama2 di sekolah, bagaimana dgn siswanya...
#‪#‎Belum‬ pada konklusi Tolak Full Day School

Senin, 01 Agustus 2016

Ekpsektasi Masyarakat Terhadap Pemuda

Membicarakan tentang pemuda, kita sering dicekoki dengan beragam kalimat hiperbolis seperti "pemuda adalah harapan bangsa, pemuda penerus perjuangan, pelopor pembangunan, agen perubahan" dan sederet kalimat penuh harapan lainnya. Hal ini diperkuat pula dengan pernyataan tokoh-tokoh hebat sebut saja Ir. Sukarno misalnya. Tokoh yang dikenal sebagai bapak proklamator Indonesia ini pernah mengungkapkan kalimat yang sangat fenomenal tentang hebatnya pemuda yakni dengan mengatakan “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia”.
Kemudian jika kita melihat sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa, bahwa memang pelopor pergerakan kemerdekaan Indonesia didominasi oleh kalangan pemuda. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pemuda memang memiliki potensi dan kemampuan yang bisa diandalkan untuk menjadi pemikul amanah keberlanjutan perjuangan bangsa di masa yang akan datang. Keteladanan dan sikap kepeloporan yang dicontohkan oleh para pemuda terdahulu, kiranya penting menjadi rujukan dan pelajaran bersama. Bagaimana kaum muda meletakkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan dirinya sendiri. Menomorduakan kenyamanan pribadinya, menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran, bahkan rela keluar masuk penjara. Nilai-nilai dan semangat kepeloporan seperti inilah yang diharapkan mampu diadopsi oleh pemuda masa kini, kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai panggung, status, peran dan fungsi masing-masing.
Pemuda tak boleh mengurung diri di penjara zaman, move on menjadi istilah yang niscaya segera dilakukan. Kita pun tak boleh hanya menjadikan gemilangnya prestasi pemuda terdahulu sebagai romantisme sejarah yang selalu “hanya dibangga-banggakan”, sementara kita tidak mampu meneladani sikap dan keberanian mereka.