PERTANIAN

Juanda Rusli Latief
30 Juli 2011

Pada tahun 1984 negara kita dengan program Panca Usaha Tani berhasil mencapai swasembada pangan. Dan kita termasuk pengekspor beras. Dijaman sekarang ketika masyarakat kita jika dilihat dari segi kualitas pendidikan sudah sangat banyak yang berpendidikan tinggi, namun justru kita melihat keterbalikan fakta. Kita tak mampu bahkan untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri.
Diperparah dengan semakin membanjirnya produk pertanian dari luar yang semakin menjejali pasar domestik kita, ini secara tidak langsung adalah membunuh petani secara pelan-pelan. Meredupnya pertanian Indonesia turut dilegitimasi oleh pemerintah yang seakan ‘hanya’ fokus pada dua hal yaitu pendidikan dan politik, namun ternyata terhadap dua hal ini pun juga tak terurus secara maksimal.
Di dunia pendidikan misalnya, kita melihat banyak terjadi pungutan yang dilakukan oleh pihak sekolah, mereka memungut biaya sekolah di atas kemampuan orang tua siswa, sehingga hal semacam ini menjadi aral yang secara perlahan namun pasti akan menyaring hanya orang kaya saja yang bisa mengeyam pendidikan.
Lain lagi di dunia politik yang menyajikan tontonan murahan yang niscaya akan terus mereduksi kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan bahkan kepada wakilnya sendiri (DPR). Hampir setiap hari kita saksikan anggota dan mantan DPR ini terjaring Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka atas kasus penggelapan uang, penyalahgunaan dana, serta macam-macam jenis dan bentuk tindakan korupsi yang lain. Bahkan ditataran yang seharusnya menjadi penegak hukum (hakim), tempat rakyat tertindas mengadukan halnya pun kini telah tak lagi konsisten melaksanakan amanah.
Lalu, kemana lagi kita harus mengadu, kepada siapa kita harus bertanya. Semua seakan tak bisa lagi dipercaya. Pidato-pidato yang digelar dan seminar-seminar penting yang diagendakan hanya bertujuan menciptakan citra yang ternyata hanya kamuflase tanpa menghasilkan output apa-apa.
Ruang-ruang megah dengan tokoh-tokoh agung yang berada di dalamnya, ‘katanya’ mereka membicarakan negeri ini, kesejahteraan rakyatnya, namun tak juga memberikan dampak signifikan bagi masyarakat. Maka gelaran-gelaran seperti itu tak lebih hanya sekedar menghabiskan uang rakyat, memperparah kondisi ekonomi yang memang sudah parah.
Kembali lagi ke masalah pertanian di negeri ini, sebuah kekhawatiran mestinya muncul dan sudah seharusnyalah kita yang hidup di negeri dengan tanah yang subur sebagai anugerah tuhan, serta diberi areal yang relatif luas dalam pertanian, ketika pertanian kita ternyata tak muncul sebagai sesuatu yang bisa diunggulkan.
Fakta yang bisa kita lihat adalah produk pertanian kita tak mampu bersaing dengan produk pertanian impor bahkan di pasar dalam negeri. Kondisi miris yang seharusnya kita semua soroti, keberpihakan pemerintah yang semakin tak jelas kepada petani. Kebijakan-kebijakan dan regulasi yang disepakati, malah mencekik leher rakyat sendiri.