Senin, 12 Desember 2011

Kisah Tak Berujung

Langit ketika itu masih gelap. Matahari juga masih bersembunyi di belahan bumi lain. Awan-awan seakan sempoyongan bergerak perlahan, angin bertiup malas. Hawa dingin yang kurang bersahabat menyergap, menambah jelas bayang-bayang pekat, menjadi gelap.
Di suatu tempat yang tak diketahui namanya, seorang lelaki tanggung tercekat, berdiri mematung entah berapa jam lamanya. Matanya nanar menatap sekelilingnya, sepertinya ia menantikan seseorang yang sangat ingin ditemuinya.
Langit masih saja gelap, dan kini kegelapan itu ditambah oleh berkumpulnya awan pekat. Di tempat itu sunyi senyap, tak ada suara lain selain detak jantung dan tarikan nafas lelaki itu.
Dari kejauhan, sebuah bayang berkelebat mendekat ke arah lelaki itu, bayang itu terlihat seperti seorang wanita, namun masih belum terlalu jelas karena jaraknya masih cukup jauh. Lelaki tadi berdiri tegap, mengumpulkan kembali energi yang hampir lenyap karena terlalu lama menunggu dalam sepi.
Selang beberapa waktu, awan mulai menjauh, angin kembali bertiup ramah, jangkrik yang sejak tadi berdiam menjerit sejadi-jadinya tanpa irama yang jelas. Lelaki tadi terlihat duduk berdua bersama seorang wanita, mereka berbincang cukup serius. Seperti sedang membicarakan masalah penting yang harus segera dicarikan solusinya.
Sesekali keduanya diam, menghela nafas panjang, dan terlihat mereka mengawasi sekelilingnya dengan penuh waspada. Gaya mereka bagai seorang buronan interpol kelas dunia. Mereka duduk tak tenang, seperti dikejar sesuatu.
Jangkrik masih menjerit nyaring, menjadi soundtrack dari apa yang mereka bicarakan. Kini terdengar pula gonggong anjing yang sangat panjang dan nyaring, menciptakan nuansa mencekam.
Kedua orang ini masih dalam obrolan mereka, tampak sesekali mengangguk, mengerutkan kening dan sesekali mereka terdengar bertengkar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar