Realitas Pemuda Masa Kini
Arus
globalisasi dan kemajuan teknologi yang super cepat, berdampak besar terhadap kondisi
psikologis pemuda. Tersedianya beragam perangkat canggih seperti smartphone, akses internet yang semakin
mudah dan cepat, media sosial yang makin beragam, dan berbagai perangkat
lainnya memang menjadikan kehidupan zaman sekarang semakin tampak mudah dan
menyenangkan. Betapa kemajuan teknologi ini telah menyulap dan mampu
memperpendek jarak dan waktu. Kita akan dengan cepat mengetahui peristiwa yang
terjadi di negara lain hanya dalam sekejap. Bahkan beberapa media mampu
menghadirkan informasi secara real time.
Kebutuhan akan pendidikan dan bahan bacaan pun kini semakin mudah diakses,
hanya dengan klik dan enter maka semua informasi akan tersaji,
sehingga memudahkan dan mempercepat berkembangnya pendidikan. Sehingga hal ini
berdampak positif bagi berkembangnya minat, bakat dan keahlian pemuda. Dalam
skala yang lebih lanjut juga berdampak pada tumbuhnya jenis lapangan kerja baru
yang akan menekan angka pengangguran, menumbuhkan perekonomian, memperlancar
perdagangan, serta memudahkan berbagai transaksi.
Namun
di sisi lain, jika globalisasi yang terjadi sekarang ini tidak mampu disikapi
dengan baik dan proporsional, ia juga berpotensi membawa beragam pengaruh
negatif khususnya bagi generasi muda. Berbagai informasi yang disajikan
internet hari ini misalnya, mulai dari mode pakaian, gadget dan alat elektronik
yang super canggih, hingga informasi-informasi ekstrim tentang gerakan-gerakan agresi
militer dan konflik di suatu negeri tersaji dengan begitu mudahnya sehingga
secara tidak langsung akan melahirkan gaya hidup baru, membuat mereka menjadi
lebih konsumtif, individualis dan bergaya hidup ke barat-baratan, hingga pada
tingkat yang lebih parah mereka mulai melupakan dan tercerabut dari akar
budayanya sendiri. Kemudahan akses internet dan derasnya transfer beragam
informasi dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu Negara ke Negara
lain sedikit banyak akan merubah pola pikir dan cara pandang kaum muda dalam
melihat, menganalisa, kemudian menyimpulkan suatu kejadian atau permasalahan.
Globalisasi
juga sedikit banyak membuat kaum muda menjadi terbuai dan terlena, lalu
tenggelam dalam aktifitas hedonis. Kemudian mereka disibukkan oleh
aktifitas-aktifitas yang sebenarnya tak terlalu penting untuk masa depannya,
hingga tak jarang lupa akan tugas dan fungsi utamanya. Perlu diingat bahwasanya pengaruh globalisasi,
kapitalisme, hedonisme, dan segala embel-embel yang mengikutinya terus membuat
cengkraman kuat sehingga karakteristik bangsa secara perlahan-lahan akan
dirong-rong dan mulai terkikis. Banyak contoh yang bisa dilihat bagaimana
generasi muda sekarang dalam upaya menyikapi pengaruh zaman yang semakin
menjadikan manusia budak dari materi. Jika hal ini dibiarkan maka akan terjadi dissending
generation, dimana generasi penerus bangsa tidak akan mampu menjadi tulang
punggung bangsa dan hilang (Sukadi, 2011).
Lalu
di zaman sekarang akan dengan mudah kita saksikan beberapa pemuda yang merasa keren, hebat dan lebih percaya diri
dengan perangkat canggih di tangan kiri dan kanannya. Berlenggak-lenggok
mendengar alunan musik dari headset
yang menempel ditelinga, “khusuk”
dan penuh konsentrasi memandangi layar smartphone
seolah-olah ada hal yang selalu penting untuk dibaca. Ada pula yang betah
nongkrong seharian di pinggir-pinggir jalan, di pasar-pasar, di pusat-pusat
permainan dan di tempat-tempat hiburan lainnya tanpa ada aktifitas produktif
sama sekali. Lebih parah lagi golongan pemuda yang lain, mereka ini terlibat
dalam aksi kenakalan remaja, tawuran, mabuk-mabukan bahkan menjadi pelaku dalam
kasus-kasus berat dan kriminal.
Akumulasi
dari hal ini menyebabkan mereka lalai terhadap kualitas dirinya, tak hafal teks
Pancasila, bahkan tak hafal hari kemerdekaan negaranya sendiri. Dari sisi agama
mereka juga sangat lemah. Baca Al QurĂ¡n terbata-bata, bahkan untuk sekedar
membaca surah Al Fatihah pun tak hafal, naudzubillah.
Terhadap
orang tua, banyak pemuda kita yang kurang menjaga sikap dan sopan santun. Tutur
katanya kasar dan terkadang menyinggung hati orang tua. Mereka yang
berpendidikan tinggi kemudian menganggap dirinya lebih pintar dari orang tuanya
sendiri, lalu meremehkan, hingga menolak nasehat dari orang tua.
Jika
sudah begini, tentu pemuda bukan lagi menjadi bagian solusi yang diharapkan
dalam menyongsong masa depan, justru akan menjadi permasalahan serius di masa
yang akan datang.